Selasa, Januari 14, 2025

Latest Posts

Jazilul Fawaid Ceritakan Makna di Balik Budaya Wayang

Jakarta – Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid mengajak generasi muda untuk ikut melestarikan budaya pewayangan. Menurut Jazilul, pewayangan sarat dengan tuntunan kebaikan dan keteladanan yang ditunjukkan oleh para tokohnya.

Saat ini, menurut Jazilul, anak muda lebih mengenal dan menggemari tontonan seperti sinetron atau drama Korea (drakor) dibandingkan budaya seperti wayang. Ia pun mengatakan generasi mudah harus paham, sadar, dan mengerti tentang sejarah Indonesia, termasuk wayang.

“Wayang menurut saya adalah budaya tinggi dari para leluhur, termasuk para wali, dan ini dijadikan sebagai sarana untuk berdakwah, sarana menuju kebaikan. Dakwah itu membina, bukan menghina. Nah wayang ini cara orang merasa terhibur, tapi dikasih pelajaran meski kadang nggak terasa. Orang merasa senang tapi tidak terasa kalau sebenarnya dia diberikan nasihat-nasihat melalui wayang,” ujar Jazilul dalam keterangannya, Minggu (25/4/2021).

Lebih lanjut, saat pengambilan video Program Seni Budaya bertajuk ‘Wayang dan Dakwah’ dengan lakon Semar Catur Bersama dalang kondang Ki Manteb Soedharsono di salah satu tv Nasional kemarin, Jazilul mengatakan generasi muda harus diberikan pemahaman mengenai pewayangan sebagai sebuah budaya warisan leluhur yang harus dilestarikan.

“Ini adalah tontonan yang menghibur dan menyehatkan. Goro-goro atau prahara yang ada di wayang itu artinya bahwa dalam hidup ini banyak variasinya. Anak-anak sekarang yang ditonton sinetron, drakor daripada wayang. Drakor itu tak ada isinya dibanding wayang yang sarat nilai-nilai, ketokohan, keteladanan, contoh-contoh bagaimana kebenaran harus ditegakkan,” katanya.

Jazilul menuturkan wayang merupakan sebuah budaya yang di dalamnya juga sarat dengan ajaran-ajaran agama, dan hal tersebut tidak bisa dipisahkan dan dipertentangkan.

“Kata ‘santri’ dan ‘cantrik’ itu khas Indonesia, tidak ada di Arab Saudi dan negara Islam yang lain. Santri itu orang yang hidup di lingkungan pesantren yang didik oleh ulama, kiai untuk mengenal Yang Di Atas, Allah SWT,” ungkap Jazilul.

“Nah cantrik itu dididik di sebuah tempat oleh brahmono, orang sakti agar dia tahu adat istiadat, tata krama, dan lainnya. Jadi agama dan budaya tidak bisa dipisah-pisah, harus berjalan beriringan,” tambahnya.

Ia juga mengungkapkan melalui kesenian wayang, diharapkan lahir masyarakat yang mengerti agama dan budaya. Apalagi bila orang tersebut yang memimpin Indonesia, pastinya akan bagus karena sesuai dengan akal dan budaya.

Karena menurut Jazilul, seorang pemimpin harus mengenal Allah SWT, Tuhan, tapi juga harus tahu budaya, cara hidup bermasyarakat. Agama dan budaya juga tak bisa dipisahkan.

Ia juga berpendapat wayang adalah akulturasi kebudayaan yang melampaui zaman. Wayang merupakan budaya memadukan antara agama dan budaya sehingga menjadi manusia yang utuh.

“Ada tontonan dan tuntunan. Nah, saat ini menjadi tantangan karena kita masuk zaman milenial, zaman now yang kurang mengerti budaya wayang,” urainya.

Lebih lanjut, Jazilul menuturkan hal penting yang dapat diambil dari wayang adalah hidup merupakan pertempuran terus menerus antara yang baik dengan yang salah, antara yang buruk dengan yang benar.

“Nah, hidup selalu ada musuhnya. Ada dua musuh, pertama musuh dalam diri sehingga harus topo broto, tarak (tirakat) dan lain-lain. Kedua musuh dari luar, yang fisik yang kelihatan,” katanya.

Ia pun mengutip sebuah ayat Al-Quran yaitu surat Al Isra ayat 81 yang berbunyi ‘Dan katakanlah, yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap. Sesungguhnya yang batil itu pasti lenyap’. Jazilul menilai hal tersebut sudah menjadi rumus bahwa di dunia kebenaran pasti mengalahkan kejahatan, meskipun butuh waktu dan perjuangan.

“Kalau hidup nggak ada musuhnya nggak indah. Dalam agama musuh itu namanya setan. Kalau zaman sekarang musuhnya beragam. Misalnya ada medsos ya musuhnya hoax, ujaran kebencian, macam-macam. Tetapi kebenaran harus menang dan pasti menang, tapi harus diperjuangkan,” tuturnya.

Ia mencontohkan apa yang dilakukan Parikesit dalam tokoh pewayangan, dia bangkit dengan gagah berani untuk memperjuangkan kebenaran.

“Karena kebenaran tidak bisa muncul dengan tiba-tiba seperti matahari terbit karena dalam hidup ini banyak musuh, baik musuh dalam diri maupun dari luar,” tandasnya.

sumber : detikcom

Latest Posts

Don't Miss

Stay in touch

To be updated with all the latest news, offers and special announcements.